Home

Minggu, 27 November 2011

Chapter Three

Rasanya belum genap setahun aku cerita soal celengan perhiasan emasku, tapi beberapa hari yang lalu, ibu mertuaku minta mas Wira untuk merelakan emas itu buat biaya ngurus sertifikat rumah. Belum sempat mas Wira cerita ( atau memang tidak mau cerita ) ke aku, mertuaku sudah cerita sendiri ke aku. Dan malam harinya, aku diskusikan hal ini ke suamiku. Ketika mas Wira akhirnya bertanya, "Trus...gimana menurut kamu ?"
" Gimana ya mas, rasanya belum lega kita bernafas karena biaya persalinanku, eh....sekarang sudah ada lagi, jujur aku agak keberatan ".
" Sebenernya aku juga nggak mau karena ini gambling, tapi yo opo yo mumpung bapak sama orang yang punya rumah ini dulu masih sehat, jadi mending diurus aja sekarang ". 
" Tapi mas, simpanan kita sekarang nggak banyak lho, ntar kalo ada apa-apa gimana ?".
" Iya sih, aku juga tahu itu ", jawab mas Wira sambil menarik nafas.

Dan aku cuma bisa diam sambil ngeloni jagoan kecilku, tapi dalam hati, sedih nyesek rasanya, dan akhirnya airmataku tidak mampu untuk dibendung.
Mungkin mas Wira tahu apa yang ada dipikiranku. karena tidak lama kemudian mas Wira ngomong, " Sebenarnya aku nggak rela ay, karena ini uangmu, simpanan pribadimu, waktu kamu nebus emas ini aja, sudah tamparan buat aku....eh sekarang malah disuruh jual, mau ditaruh dimana mukaku ini ?!"
Dan airmataku semakin deras mengalir membasahi pipi, bantal dan juga tempat tidurku. Aku tidak mampu untuk berkata-kata, aku hanya diam dan tidak menoleh ke arah mas Wira sampai aku tertidur. 

Kamis, 24 November 2011

Chapter Two

"Mbak, sampeyan nggak pengen tinggal sendiri ta ?"
Tiba-tiba pertanyaan itu muncul dari mulut teman sekantorku.
"Ya...pengen lah?!" jawabku pasti sambil menambahkan, "Dari sebelum nikah, aku memang punya keinginan untuk tinggal berdua tok sama bojoku, tapi kalau kondisinya kayak gini, yo opo maneh ?!"
" Sakjane yo mungkin aja sih ?!" meskipun dalam hati berkata " Kayaknya nggak mungkin banget dech ".

Percakapan ini sudah berlangsung beberapa hari yang lalu, tapi semalam iseng-iseng aku ceritakan ke suamiku. Kemudian Mas Wira nanya, " Ok, sekarang aku tanya, mungkin yo opo ?"
" Ya....sampeyan tetep ngasih bapak sama ibu tapi nggak perlu nanggung yang lain-lain ".
" Bapak sama ibu itu nggak ada penghasilan, terus dapat uang darimana ?".
" Kan ada Tya, adikmu, kalau kita nggak tinggal disini kan belanjanya berkurang jadi dananya bisa dialokasikan ke yang lain ?!"
" Tya itu tanggungane banyak !?"
" Emang mas tahu, tanggungane Tya itu apa aja ?"
" Mbuh....!?"
" Hmmmmm......"
" Maksudku, biar dia juga belajar jadi nggak njagakno mas'e ae gitu, kayak kapan hari dia minta uang buat tabungan koperasinya ". 
" Wong kalau dia minta uang tapi aku lagi nggak punya, aku nggak kasih gitu lo !"
" Hmmm....." cuma itu yang bisa terucap sambil kepalaku bersandar di dada Mas Wira .

Akhirnya diskusi berakhir sampai disini, meski kadang suka sebel juga tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa selain "diam dan nikmati".







Selasa, 22 November 2011

Raditya Dika Prawira

Yeah.....that is my son's name. Kayak nama penulis, tapi bukannya mau nyama-nyama'in tp emang artinya bagus koq. Anak yang mempunyai keistimewaan, kalau " Prawira " sendiri, selain nama papanya tapi juga punya arti "teguh hatinya". Lahir tanggal 25 Agustus 2011, hari Kamis Kliwon. 
Waktu lahir, beratnya 3200 gram, lewat bedah caesar, maunya sih normal tapi katanya dokter ada lilitan di lehernya atau mungkin itu kerjaan dokter aja, nggak mau ambil resiko. Kenapa aku bisa bilang begitu, karena hampir semua pasiennya dr. Ali Mahmud, Sp.OG lahiran lewat bedah caesar. Matanya sipit kayak mamanya, kulitnya bersih kayak papanya. Lucu banget, banyak yang bilang kayak "cina". Ya....wajarlah kan papanya ada keturunan cina meskipun matanya lebih lebar dari aku. Pokoknya Radit itu perfect combination. Liat aja fotonya, What a handsome boy !!

Back to my daily activity

Today is my first day, i'm back after three month maternity leave. A little bit confuse because I don't know what to do. All of my jobs has been well handled by all of my friends. Maybe I should find another job, they seem do not need me anymore.